DC United lahir berangkat dari kesamaan hobi dari mahasiswa kelas C dan D jurusan Ilmu Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) angkatan 2000. Awalnya hanya bermain lewat pertandingan eksebisi dengan beberapa tim dari kelas lain.
Debut DC United berawal ketika mengikuti Komap Cup yang diselenggarakan dalam rangka memeriahkan Milad UMY yang ke-20. Pertandingan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UMY itu mengantar DC United menjadi Juara ke-3. Debut yang bagus untuk tim dari angkatan 2000, mengingat turnamen tersebut banyak dihuni oleh 'para senior'. DC United boleh dibilang tim 'Kuda Hitam'. Keberhasilan sebagai juara grup walaupun pada akhirnya takluk lewat drama adu penalti, telah menjadi modal yang besar buat DC United menatap masa depan.
Satu hal yang membanggakan, kegagalan DC United menjadi juara di Komap Cup dibayar dengan keberhasilan Gamal Abdul Azis yang menjadi capocannonieri di turnamen tersebut. Tidak hanya sampai di situ, Gamal dan juga Imam Wahyudiyanta juga masuk dalam squad tim sepakbola Fisipol UMY. DC United kini siap untuk menatap masa depannya.
Berbicara tentang formazione e tattica DC United, pola permainan yang kerap kali diterapkan adalah 4-5-1 dengan mengandalkan Gamal di depan. Di lapangan tengah, otak permainan dipegang oleh Enu (Eko Nugroho), Arie (M. Sa'duddin Ashari), dan Harmonis. DC United juga bertumpu pada permainan lewat dua sayap yang kendalinya dipegang oleh Sugie (Sugiyono) di sayap kanan dan Gema di sayap kiri. Barisan pertahanan diarsiteki oleh Agung, Afif, Imam, dan Hasan yang siap menghalau dan 'menerkam' lawan di jantung pertahanan. Di bawah mistar gawang ada Tri yang dipercaya sebagai kiper utama. Pola permainan seperti ini mengingatkan kita pada pola permainan yang sering juga diterapkan oleh Lazio yang bertumpu pada Hernan Crespo, ataupun klub debutan Liga Inggris, Bolton yang menempatkan Ricketts di depan dan membuat MU bertekuk lutut.
Selain itu, terkadang DC United juga memakai pola 4-4-1-1 di dalam permainannya. Dengan tetap mengandalkan ketajaman Gamal sebagai striker dan memanfaatkan Enu sebagai second striker ataupun penyerang lubang. Permainan seperti ini mirip seperti MU yang memasang Ruud van Nistelrooy di depan dan dibelakangnya ada Paul Scholes. Nantes juga menerapkan pola yang sama dengan Hassan Ahamada atau penyerang asal Tahiti, Marama Vahirua di depan dan di-backing oleh Oliver Quint sebagai playmaker..